Senin, 23 Juni 2014

Ide Gila Buat Atasi Problem Luar Biasa!



Plasa Bahari (Plasari): Solusi Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Indonesia (?)
Oleh: Mochammad Baihaqi Al Chasan
Berbicara mengenai kemaritiman Indonesia sesungguhnya tengah membincangkan soal identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Jadi, dalam hal ini bukan sekedar terdapat sangkut-pautnya terhadap kondisi sosial ekonomi sektor maritime, namun  juga ada kaitannya dengan urusan harkat dan martabat bangsa Indonesia di panggung internasional.   Pakar sejarah kemaritiman nusantara, Adrian B. Lapian telah menegaskan dalam bahwa berbicara kebaharian Indonesia adalah berbicara identitas Indonesia itu sendiri. Kepulauan di Indonesia terapung di atas lahan bahari yang kemudian saling menghubungkan antara pulau satu dengan pulau lainnya.
Uraian pengantar pada paragraf di atas adalah sebuah sambungan kalimat yang mengantarkan untuk kembali merenungkan tentang apa dan bagaimana kondisi kemaritiman saat ini. Apabila sejenak menolehkan muka muka kebelakang, analisa historis telah menempatkan aspek kemaritiman sebagai bagian penting dalam membangun budaya nusantara, budaya Indonesia hingga berwujud seperti saat ini. Medan marim telah menjadi saksi besar namun tetap bisu terhadap kejayaan masa lalu dan pihak yang tengah menangisi “kejahatan” manusia kini. Perusakan alam bahari dan lemahnya kesejahteraan masyarakat pesisir, nelayan misalnya. Masyarakat pesisir yang menjadi pihak utama dalam menggali kekayaan alam bahari masih harus menerima “bayaran” yang seringkali tak sebanding dengan biaya hidup yang semakin melejit.
Pada kesempatan kali ini, penulis mencoba memberikan sebuah ide “gila” sebagai respon instan atas problematika sosial-ekonomi masyarakat pesisir yang telah digambarkan secara umum di atas. Penulis menganggapnya sebagai ide “gila” karena memang solusi yang akan diusung sungguh amat membutuhkan banyak bantuan dan partisipasi publik secara penuh, baik pihak pemerintah dan masyarakat sipil pada umunya. Dan mungkin gagasan yang diusulkan ini baru dapat direalisasikan dan terasa manfaatnya pada kurun waktu yang tidak pendek.
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa penulis telah mengantarkan kepada pembaca secara umum mengenai gambaran masyarakat pesisir yang hingga kini belum dilihat sebagai masyarakat yang meningkat atau setidaknya terjamin kesejahteraannya sebagaimana masyarakat bukan pesisir. Disparitas atau kesenjangan ekonomi masyarakat pesisir dengan masyarak bukan pesisir kerap kali masih terlihat sangat tajam. Penulis akan mencoba memberikan analisa kesenjangan ekonomi tersebut dengan memfokuskan bahasan masalah pada lingkup ekonomi. Dalam hal ini, penulis melihat adanya masalah yang penting namun seringkali terabaikan, yakni masalah marketing atau sistem pemasaran produk kekayaan alam bahari.
Persoalan manajeman pemasaran produk atau hasil perolehan kekayaan alam bahari ini dilihat oleh penulis sebagai persoalan yang umum dirasakan. Yaitu tentang bagaimana cara memperoleh, mengemas dan memperdagangkannya. Hal inilah yang diperhatikan penulis sebagai persoalan. Persoalan marketing inilah yang kerap kali membuat para pengusaha laut (nelayan, buruh nelayan, petani garam dan rumput laut dll) tidak mendapati harga yang tinggi. Umumnya, baaru pihak ke dua atau ketiga dan seterusnya lah yang kemudian mendapati harga tinggi setelah pihak tersebut berinisiatif untuk mengemas, mempromosikan serta menjual-belikannya dengan baik dan menarik. Mari kita lihat bagaimana kemasan ikan laut, rumput laut yang diperjualbelikan di mall-mall atau super market.
Ide yang diusulkan kali ini sebenarnya sangatlah sederhana, namun sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya bahwa ide ini amat membutuhkan dukungan langsung dan penuh dari segenap masyarakat dan pemerintah. Bisa dibayangkan dengan jelas meski masih diangan-angan tentang bagaimana bila ada pembaharuan sistem perdangan produk kekayaan laut Indonesia yang dimulai dari para nelayan atau pihak produsen serta penadah pertama. Pihak-pihak tersebut diaggap perlu diperioritaskan mengingat mereka lah yang umumnya adalah penduduk pesisir asli.
Lebih jelasnya, penulis mengusulkan kalau bagaimana jika dibentuk semacam plasa atau pusat perbelanjaan setara mall-mall atau super market di tengah kota, mulai dari tipe pembangunan infrastrukturnya berikut fasislitas yang diusungnya. Plasa Bahari ini didirikan dari dan untuk masyarakat Indonesia, maksud spesifiknya adalah bangunan super market kelautan Indonesia ini dikelola dan diisi oleh penduduk atau masyarakat pesisir itu sendiri. Maka dari itu, pihak pemerintah maupun swasta yang mendukung harus siap untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dari penduduk pesisir.
Memasuki dalam ranah teknis marketing yang lebih khusus, penulis mengusulkan untuk melibatkan peran perkembangan teknologi informasi yang pesat seperti saat ini. Mobile Culture yang berkembang kini membuat manusia menjalani rutinitasnya dengan dukungan atau bahkan bergantung pada media elektronik (gadget) yang mudah, praktis dan murah pastinya. Mengingat perkembangan sosial media pada masyatakat Indonesia yang sangat tinggi, bisa kita bayangkan jika para ahli sistem informasi misalnya bersedia berinisiatif untuk memciptakan program sosial media semacam lapak dagang yang khusus untuk memasarkan atau mempromosikan produk-produk maritim Indonesia. Mari kita bayangkan bersama jika ada web lapak dagang sebesar dan setenar OLX (tokobagus.com), berniaga.com, elevania.com, lazada.com, kaskus dan sebagainya yang khusus tentang produk-produk kekayaan maritime musantara.
Ide pembangunan super market bagi produk kelautan Indonesia yang diperuntukan dan dari masyarakat pesisir serta penerapan sistem marketing berbasis teknologi informasi adalah sebuah kesatuan gagasan yang sederhana namun tidak sederhana ketika sampai pada ranah implementasi. Ide ini juga sebagai bentuk solusi baru yag mendukung aksi cinta pangan lokal, sebagai salah satu wujud kecintaan pada produk dan karya anak bangsa serta wujud nyata nasionalisme terhadap NKRI.
 
       Gambar 0.1 Ilustrasi Tampilan Home Website Lapak Dagang Produk Maritim Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar