Plasa Bahari (Plasari): Solusi
Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Indonesia (?)
Oleh:
Mochammad Baihaqi Al Chasan
Berbicara
mengenai kemaritiman Indonesia sesungguhnya tengah membincangkan soal identitas
bangsa Indonesia itu sendiri. Jadi, dalam hal ini bukan sekedar terdapat
sangkut-pautnya terhadap kondisi sosial ekonomi sektor maritime, namun juga ada kaitannya dengan urusan harkat dan
martabat bangsa Indonesia di panggung internasional. Pakar sejarah kemaritiman nusantara, Adrian
B. Lapian telah menegaskan dalam bahwa berbicara kebaharian Indonesia adalah
berbicara identitas Indonesia itu sendiri. Kepulauan di Indonesia terapung di
atas lahan bahari yang kemudian saling menghubungkan antara pulau satu dengan
pulau lainnya.
Uraian
pengantar pada paragraf di atas adalah sebuah sambungan kalimat yang
mengantarkan untuk kembali merenungkan tentang apa dan bagaimana kondisi
kemaritiman saat ini. Apabila sejenak menolehkan muka muka kebelakang, analisa
historis telah menempatkan aspek kemaritiman sebagai bagian penting dalam
membangun budaya nusantara, budaya Indonesia hingga berwujud seperti saat ini.
Medan marim telah menjadi saksi besar namun tetap bisu terhadap kejayaan masa
lalu dan pihak yang tengah menangisi “kejahatan” manusia kini. Perusakan alam
bahari dan lemahnya kesejahteraan masyarakat pesisir, nelayan misalnya.
Masyarakat pesisir yang menjadi pihak utama dalam menggali kekayaan alam bahari
masih harus menerima “bayaran” yang seringkali tak sebanding dengan biaya hidup
yang semakin melejit.
Pada
kesempatan kali ini, penulis mencoba memberikan sebuah ide “gila” sebagai
respon instan atas problematika sosial-ekonomi masyarakat pesisir yang telah
digambarkan secara umum di atas. Penulis menganggapnya sebagai ide “gila”
karena memang solusi yang akan diusung sungguh amat membutuhkan banyak bantuan
dan partisipasi publik secara penuh, baik pihak pemerintah dan masyarakat sipil
pada umunya. Dan mungkin gagasan yang diusulkan ini baru dapat direalisasikan
dan terasa manfaatnya pada kurun waktu yang tidak pendek.
Sebagaimana
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa penulis telah mengantarkan kepada
pembaca secara umum mengenai gambaran masyarakat pesisir yang hingga kini belum
dilihat sebagai masyarakat yang meningkat atau setidaknya terjamin kesejahteraannya
sebagaimana masyarakat bukan pesisir. Disparitas atau kesenjangan ekonomi
masyarakat pesisir dengan masyarak bukan pesisir kerap kali masih terlihat
sangat tajam. Penulis akan mencoba memberikan analisa kesenjangan ekonomi
tersebut dengan memfokuskan bahasan masalah pada lingkup ekonomi. Dalam hal
ini, penulis melihat adanya masalah yang penting namun seringkali terabaikan,
yakni masalah marketing atau sistem
pemasaran produk kekayaan alam bahari.
Persoalan
manajeman pemasaran produk atau hasil perolehan kekayaan alam bahari ini
dilihat oleh penulis sebagai persoalan yang umum dirasakan. Yaitu tentang
bagaimana cara memperoleh, mengemas dan memperdagangkannya. Hal inilah yang
diperhatikan penulis sebagai persoalan. Persoalan marketing inilah yang kerap
kali membuat para pengusaha laut (nelayan, buruh nelayan, petani garam dan
rumput laut dll) tidak mendapati harga yang tinggi. Umumnya, baaru pihak ke dua
atau ketiga dan seterusnya lah yang kemudian mendapati harga tinggi setelah
pihak tersebut berinisiatif untuk mengemas, mempromosikan serta
menjual-belikannya dengan baik dan menarik. Mari kita lihat bagaimana kemasan
ikan laut, rumput laut yang diperjualbelikan di mall-mall atau super market.
Ide
yang diusulkan kali ini sebenarnya sangatlah sederhana, namun sebagaimana yang
telah dikatakan sebelumnya bahwa ide ini amat membutuhkan dukungan langsung dan
penuh dari segenap masyarakat dan pemerintah. Bisa dibayangkan dengan jelas
meski masih diangan-angan tentang bagaimana bila ada pembaharuan sistem
perdangan produk kekayaan laut Indonesia yang dimulai dari para nelayan atau
pihak produsen serta penadah pertama. Pihak-pihak tersebut diaggap perlu
diperioritaskan mengingat mereka lah yang umumnya adalah penduduk pesisir asli.
Lebih
jelasnya, penulis mengusulkan kalau bagaimana jika dibentuk semacam plasa atau
pusat perbelanjaan setara mall-mall
atau super market di tengah kota,
mulai dari tipe pembangunan infrastrukturnya berikut fasislitas yang
diusungnya. Plasa Bahari ini didirikan dari dan untuk masyarakat Indonesia,
maksud spesifiknya adalah bangunan super market kelautan Indonesia ini dikelola
dan diisi oleh penduduk atau masyarakat pesisir itu sendiri. Maka dari itu,
pihak pemerintah maupun swasta yang mendukung harus siap untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yang mumpuni dari penduduk pesisir.
Memasuki
dalam ranah teknis marketing yang lebih khusus, penulis mengusulkan untuk
melibatkan peran perkembangan teknologi informasi yang pesat seperti saat ini. Mobile Culture yang berkembang kini membuat
manusia menjalani rutinitasnya dengan dukungan atau bahkan bergantung pada
media elektronik (gadget) yang mudah,
praktis dan murah pastinya. Mengingat perkembangan sosial media pada masyatakat
Indonesia yang sangat tinggi, bisa kita bayangkan jika para ahli sistem
informasi misalnya bersedia berinisiatif untuk memciptakan program sosial media
semacam lapak dagang yang khusus untuk memasarkan atau mempromosikan
produk-produk maritim Indonesia. Mari kita bayangkan bersama jika ada web
lapak dagang sebesar dan setenar OLX (tokobagus.com), berniaga.com,
elevania.com, lazada.com, kaskus dan sebagainya yang khusus tentang
produk-produk kekayaan maritime musantara.
Ide
pembangunan super market bagi produk kelautan Indonesia yang diperuntukan dan
dari masyarakat pesisir serta penerapan sistem marketing berbasis teknologi
informasi adalah sebuah kesatuan gagasan yang sederhana namun tidak sederhana
ketika sampai pada ranah implementasi. Ide ini juga sebagai bentuk solusi baru
yag mendukung aksi cinta pangan lokal, sebagai salah satu wujud kecintaan pada
produk dan karya anak bangsa serta wujud nyata nasionalisme terhadap
NKRI.
Gambar 0.1 Ilustrasi Tampilan Home Website Lapak Dagang Produk Maritim Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar